Kamis, 28 November 2013

TINGKAT EKONOMI PEREMPUAN

TINGKAT EKONOMI PEREMPUAN

Perempuan dalam konotasi sejarah sangatlah panjang dimana hanya untuk di dapur dan lain sebagainya. Hak mereka ( perempuan, red) sudah dikebiri sedemikian rupa oleh keadaan maupun secara institusi. Pandanglah, TKW yang ada di luar negeri sana, mereka menyumbang devisa negara dengan gaji mereka triliunan pertahun sudah menolong pemerintah dalam menekan inflasi.

Tidak jarang perempuan menjadi korban kemiskinan yang paling besar. Data MDG’s (2010) menyebutkan bahwa sepertiga penduduk dunia yang hidup di bawah garis kemiskinan, adalah 70%-nya adalah perempuan. Di Indonesia (BPS, 2009), dari data penduduk miskin yang mencapai 32,53 juta jiwa (14,15%), 70% dari mereka adalah perempuan.

Hal inilah yang membuat KBR 68H membuat talkshow perempuan minggu kemarin 22 Oktober 2013 di Hotel Jolin, yang menghadirkan Komisioner KPU Sul Sel Misnah M. Attas dan Komunitas Anging Mammiri Makassar yang dihadiri oleh berbagai kalangan diantaranya Caleg, Kaukus Perempuan, mahasiswa dan media.

Komisioner KPU Sul Sel Misnah Attas mengatakan bahwa selain keterwakilan 30 persen perempuan di parlemen, masih banyak hak yang belum dipenuhi. Seperti hak memilih dimana kebanyakan dari mereka yang ikut suami. Ini bukan sebuah hal baru, melainkan terpengaruh dari karakter perempuan sendiri yang masih banyak ortodox dari  budaya masa lalu.

Nanda Hidayat yang juga wartawan senior KBR68H memberikan pendapat bahwa perempuan saat ini, masih jauh dari perempuan didunia, dimana banyak faktor yang mempengaruhi terutama  faktor ekonomi. Nah, kenapa perempuan seringkali kena suap di pileg, dan pilkada maupun pesta demokrasi lainnya karena tidak adanya pembelajaran politik yang konsekuen.

Kemiskinan yang menimpa perempuan Indonesia, boleh jadi dilatari oleh banyak faktor. Angka buta aksara perempuan sebesar 12,28%, sedangkan laki-laki 5,84%. Dalam bidang kesehatan, status gizi perempuan masih merupakan masalah utama. Angka kematian ibu (AKI) juga masih sangat tinggi, yaitu sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup. Zainal Lannur/ Foto Zainal Lannur 
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar